Selamat Datang

Saksikan Nikita Willy dan Rionaldo Stokhorst dalam Putri yang Ditukar setiap hari pkl 18.00 wib di RCTI.

3/05/2011

Putri Yang Ditukar : Jeda Iklan Lebih Pendek, Durasi Lebih Panjang!

09 November 2010
 
Sebelum tayang iklan, Nikita Willy menyampaikan pesan kepada pemirsa di rumah agar tidak ke mana-mana, karena jeda iklan hanya sebentar. Kemudian, Bintang Berkilau 2010 itu juga menjelaskan,jam tayang sinetron akan lebib panjang. Kami membuktikannya sendiri. Selepas magrib (sekitar pukul 18.00WIB), kami mulai memantau layar RCTI, menyaksikan sinetron berating nomor satu itu. Benar saja, jeda iklannya pendek. Sekali kami pindah-pindah saluran, ketika dikembalikan lagi ke RCTI, adegan telah berlanjut. Dan hingga tembang "Sudahi Perih lni" milik d'Masiv kembali diperdengarkan (walau hanya sekelumit), waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam kurang seperempat jam. Wow! Tayang hampir 3jam?

Seorang Facebooker dengan nama akun Shakilla Yaya menyambut gembira perubahan itu: Sip sip sip ... sinetron Putri yang Ditukar tayangnya lamaaa... seruuu abisss.... Hal senada dituliskan Facebooker lain berjenis kelamin laki-laki dengan nama akun Takeshi Nakhatshuka: Seru juga nonton Putri yang Ditukar. Ketika statusnya tersebut dikritik seorang teman dengan mengatainya mirip ibu-ibu, Takeshi menjawab: Yeee... seru banget kali, nambah jam tayang lagi. Mengindikasikan sebuah perubahan yang disambut positif. Sedikit aneh, karena sinetron yang durasinya molor, dulu kerap membuat sebal penonton. "Biasanya, kan begitu. Oke nih panjang, tapi ceritanya molor-molor," seru Gita Asmara, sutradara yang kami temui di lokasi. "Di sini, kami berusaha untuk tetap bertanggung jawab pada cerita. Memenuhinya dengan segala kemampuan," imbuh pria berambut panjang itu pasti.

seperti membuat layar lebar setiap hari
 

Ya, karena pemirsa pun merasakan, sinetron sengaja dipanjang-panjangkan hanya untuk meraup iklan atau tengah kedodoran dalam materi cerita. Sementara Putri yang Ditukar, kendati durasinya diperpanjang, hampir tidak ada masalah pada cerita yang disajikan. "Skenario yang datang ke sini (lokasi) sudah jadi. Kami tinggal memoles sedikit. Cerita yang sudah jadi ini memang sangat membantu kami di lokasi," papar Gita.

Kok bisa mutu cerita terjaga? "Ini sinergi yang tercipta dari sesuatu yang kita hasilkan bersama. Melihat tayangannya bersama-sama, dan oh, ternyata bagus, ya? Itu sudah memicu semangat kami, bahwa ini bukan main-main. Ada kepuasan tersendiri melihat karya yang bagus," luap Gita. "Cerita yang bagus, skenario yang rapi, membuat kami serius di lapangan. Hasil keseriusan itu kemudian menginspirasi lagi tim penulis untuk terus membuat cerita yang bagus. Jadi terus saling mengisi."

Konsekuensi tentu saja ada. Terutama di lapangan, berarti jam kerja bertambah. Kalau biasanya satu episode mengerjakan 40-45 adegan, dengan penambahan jam tayang, jumlah adegan yang dikerjakan bisa dua kali sampai dua setengah kali lipat. "Setiap hari kami seperti bikin layar lebar," ungkap Gita. "Tetapi satu hal, ini justru semacam tantangan bagi kami semua. Bahwa ini bukan sekadar tuntutan bekerja, melainkan tuntutan berkarya. Jadi kami sama-sama saling membuktikan, inilah kesempatan kami menunjukkan kemampuan masing-masing secara maksimal," beber sutradara yang sebelumnya menggarap Diva dan Nikita.

cerita yang klasik, pemain yang energik
 

Formula cerita yang ditawarkan Putri yang Ditukar klasik. Tentang anak yang terpisah dari orangtua kandungnya. Lalu mereka bertemu kembali tanpa saling mengetahui jati diri, bahkan sempat saling membenci. "Inilah kekuatannya, justru cerita-cerita klasik seperti itu, kan sebetulnya sudah dikenal masyarakat. Secara psikologis, kalau kita sudah mengenal sesuatu, akan lebih mudah suka. Nah, pekerjaan kami tinggal memainkan tensinya. Seperti sepak bola, bagaimana kami melakukan gocekan," kata Gita. "Bukan sekadar menyuguhkan cerita yang sudah diketahui orang, tetapi bagaimana mengolahnya agar tetap membual penasaran."

Ruang yang lebar untuk "gocekan" memberi kesempatan bagi para bintangnya untuk bereksplorasi dalam akting. Cerita tidak berpatok pada karakter yang dimainkan bintang-bintang muda. Peran bapak-bapak (Atalarik Syah sebagai Prabu dan Sultan Djorghi sebagai Ichsan) dan ibu-ibu (Marini Zumarnis sebagai Utari, Vonny Cornelia sebagai Aini, dan Moudy Wilhemina sebagai Selena) juga sama penting, karena terkait erat pada alur penceritaan. "Saya senang banget di sini, peran orangtua tidak cuma tempelan. Masing-masing punya karakter yang kuat," kata Marini antusias, sambil meminta asisten menghapus cat kuku di kakinya. "Hahaha, masa tukang kue pakai cat kuku?" ucapnya menyiratkan profesionalisme.

Kami melihatnya sendiri. Pemeran Ibu Peri di sinetron hit Bidadari itu nampak menikmati proses syuting. Pengambilan gambar yang menjadi bagiannya senantiasa dikerjakan cepat. Pengalaman di masa lalu, serta mulai terbiasanya ibu satu anak ini dengan proses syuting
stripping sejak comeback di Kemilau Cinta Kamila (2010) memberi pengaruh. "Enggak pernah lupalah dengan akting," ujar Marini tersenyum. Dia kerap membawa masakan rumah untuk dinikmati bersama-sama di lokasi atau masak-masak. "Di sini seru, banyak (pemain) ibu-ibu yang masak-masak. Aku sih tinggal ikutan makan," kesan Nikita sekali waktu.

Tentang kehadiran kembali bintang-bintang lawas, salah satu yang mencuri perhatian adalah muncul-nya Atalarik Syach setelah kurang-lebih satu dekade lalu kita terpesona dengan aktingnya yang ciamik sebagai pesakitan di sinetron Cinta (1999). Memainkan peran Prabu, seorang ayah yang keras sekaligus penyayang keluarga, temyata masih sama memikat. Membicarakan terus pemain lawas, bukan berarti pemain muda tidak berdaya tarik Iho. Siapa tidak luluh menyaksikan tiga bintang muda paling hot masa kini Nikita-Yasmine-Citra? Mengundang penonton cowok untuk ikut terpesona dengan sinetron, deh. Hehehe.

(BINTANG INDONESIA, Edisi 1016, II November 2010)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar